Jakarta, Alkindyweb.com – Pengiriman smartphone India jatuh tajam pada Q2-2020. Seluruh vendor menghadapi pukulan ganda: pasokan rendah karena penutupan pabrik dan permintaan lemah karena penutupan ritel offline dan offline, termasuk larangan penjualan akibat wabah Covid-19 (coronavirus).
Menurut laporan Canalys, total pengiriman di pasar ponsel terbesar kedua di dunia itu, turun tajam sebesar 48 persen tahun-ke-tahun menjadi 17,3 juta unit, imbas langkah penguncian yang dilakukan negara itu hingga pertengahan Mei.
Hal ini berbanding terbalik dengan pencapaian pada Q1-2020. Periode itu, pasar India terbilang anomali. Saat negara-negara lain mengalami penurunan, India justru mencatat peningkatan pengiriman ponsel sebesar 11,5%, meskipun negara tersebut menerapkan kebijakan Lockdown pada minggu terakhir bulan Maret.
Sebanyak 33,5 juta ponsel dikirimkan pada periode Januari hingga Maret, dan mengalami peningkatan lebih dari 3 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Namun wabah corona yang berkepanjangan, membuat India tak lagi kebal dengan trend melemahnya permintaan. Lembaga riset itu mencatat dengan produksi lokal dihentikan pada awal kuartal, sejumlah vendor termasuk Xiaomi dan Oppo terpaksa harus mengimpor smartphone untuk memenuhi permintaan.
Menurut analis Canalys Madhumita Chaudhary, terdapat lonjakan permintaan segera setelah pasar dibuka. Namun fasilitas produksi berjuang masih karena kekurangan staf akibat peraturan baru seputar manufaktur, sehingga menghasilkan output produksi yang lebih rendah.
Di sisi lain, meningkatnya ketegangan antara India dan China karena sengketa perbatasan juga berkontribusi terhadap menurunnya penjualan vendor-vendor China di akhir kuartal ini.
Adwait Mardikar, analis penelitian, mencatat “telah ada kemarahan publik yang diarahkan ke China”, yang dikombinasikan dengan dorongan swasembada pemerintah India “mendorong vendor ponsel pintar China ke pusaran badai publik”.
Canalys memperkirakan lebih dari 96 persen dari semua ponsel cerdas yang dijual di India pada 2019 diproduksi atau dirakit secara lokal. Untuk menghindari sentimen negatif, brand-brand China belakangan mulai mengkampanyekan sebagai produksi asli India.
Selama periode Q2-2020, Xiaomi tetap pemimpin pasar dengan pangsa 30,9 persen. Namun brand yang identik dengan harga murah itu, mencatat penurunan pengiriman 48 persen menjadi 5,3 juta unit. Padahal pada periode sebelumnya, vendor yang berbasis di Shenzen itu, mampu menjual 10 juta unit ponsel.
Di tempat kedua, Vivo hanya mampu mengirimkan 36 persen lebih sedikit unit menjadi 3,7 juta. Meski demikian pangsa pasar Vivo meningkat dari 17,5 persen pada Q2 2019 menjadi 21,3 persen.
Posisi ketiga, dihuni vendor Korea Samsung. Seperti Xiaomi, pangsa pasar Samsung juga turun sebanyak 5,3 poin menjadi 16,8 persen, dengan pengiriman turun 60 persen menjadi 2,9 juta unit. Sentimen terhadap brand-brand China karena isu nasionalisme, tampaknya belum membantu meningkatnya kembali permintaan terhadap Samsung.
Realme mengekor di peringkat keempat. Pengiriman Realme turun 35 persen menjadi 1,7 juta unit. Padahal pada periode sebelumnya, vendor termuda itu mampu mengirim ponsel 3,9 juta unit, yang merupakan peningkatan 200% dari tahun lalu.
Canalys mencatat, di luar empat besar itu, pangsa pasar vendor-vendor lainnya termasuk Oppo di India selama periode Q2-2020, naik dari 9,2 persen menjadi 12,9 persen, tetapi pengiriman tergelincir 27 persen menjadi 2,2 juta unit.
Menurunnya permintaan ponsel di India sepanjang periode Q2-2020, sesungguhnya sudah diperkirakan banyak kalangan.
Pasalnya pada Maret 2020 pengiriman sudah mulai menunjukkan penurunan 19% dari tahun ke tahun,. Counterpoint memperkirakan bahwa pengiriman smartphone di India akan menurun 10% tahun ini, dibandingkan dengan pertumbuhan 8,9% pada 2019 dan pertumbuhan 10% pada 2018.
Perusahaan riset itu juga memperingatkan bahwa kebijakan lockdown yang diterapkan pemerintah pada April lalu, telah sangat memperlambat industri smartphone lokal dan mungkin butuh tujuh hingga delapan bulan untuk kembali ke jalurnya. Saat ini, hanya barang tertentu seperti produk grosir yang diizinkan untuk dijual di India.
Prachir Singh, Analis Riset Senior Counterpoint, mengatakan dampak COVID-19 di India relatif ringan hingga pertengahan Maret.
“Namun, kegiatan ekonomi menurun karena orang menyimpan uang dengan harapan periode ketidakpastian yang panjang dan penutupan yang hampir lengkap. Hampir semua kegiatan manufaktur smartphone telah dihentikan. Dengan menurunnya aktifitas ekonomi, pabrik akan berjalan pada kapasitas yang lebih rendah bahkan setelah penguncian dicabut,” katanya.
Pasar Besar
Meski saat ini pasar ponsel di India tengah terkoreksi akibat wabah corona, namun hal itu tidak menyurutkan vendor-vendor smartphone global untuk terus berjuang mengatasi hambatan pasar. Pasalnya, pasar ponsel di India terus akan tumbuh sejalan dengan tren pergeseran dari feature phone ke smartphone, juga tumbuhnya pasar baru di kalangan milenial.
Menurut firma riset pasar techARC, India memiliki 502,2 juta pengguna smartphone hingga Desember 2019, yang berarti lebih dari 77 persen orang India kini mengakses broadband nirkabel melalui smartphone.
Jumlah pengguna ponsel cerdas di India diperkirakan akan meningkat 84% menjadi 859 juta pada 2022 dari 468 juta pada 2017, menurut sebuah studi bersama oleh Kamar Dagang dan Industri India dan PwC.
Kepemilikan ponsel berfitur akan menyusut menjadi 504 juta pada 2022 dari 701 juta pada 2017, studi mencatat. Sekitar 10% dari populasi akan memiliki tablet tiga tahun dari sekarang dibandingkan dengan 5,3% pada tahun 2017. Rendahnya penetrasi tablet adalah peluang yang terlewatkan bagi produsen, yang menawarkan layar lebih besar yang lebih baik untuk mengonsumsi konten HD daripada smartphone.
Tarif data yang rendah dan kepemilikan smartphone yang lebih luas, telah membuat India menjadi pasar yang penting bagi pembuat konten dan vendor untuk menyesuaikan penawaran dan layanan.