Jakarta, Alkindyweb.com – Raksasa teknologi China Huawei, dikabarkan akan berhenti membuat chipset Kirin yang merupakan andalan perusahaan mulai bulan depan. Kepastian itu diungkapkan oleh majalah keuangan Caixin, Sabtu (8/8/2020), sebagai dampak dari tekanan AS pada Huawei.
Serangan AS terhadap pemasok Huawei telah membuat divisi chip HiSilicon yang dimiliki perusahaan tidak mungkin terus membuat chipset, komponen utama untuk ponsel. Demikian diungkapkan Richard Yu, CEO Unit Bisnis Konsumen Huawei.
Dengan hubungan AS-China yang paling buruk dalam beberapa dekade, Washington mendesak pemerintah di seluruh dunia untuk menekan Huawei, dengan alasan akan menyerahkan data kepada pemerintah China untuk dimata-matai. Huawei membantah tuduhan tersebut, karena tanpa disertai bukti-bukti yang nyata.
Sebagai bagian dari kampanye anti China, AS juga meminta ekstradisi dari Kanada kepala keuangan Huawei, Meng Wanzhou, atas tuduhan penipuan bank. Meng tak lain adalah anak perempuan dari CEO sekaligus pendiri Huawei, Ren Zhenfeng.
Pada Mei 2020, Departemen Perdagangan AS mengeluarkan perintah yang mewajibkan pemasok perangkat lunak dan peralatan manufaktur untuk menahan diri dari berbisnis dengan Huawei tanpa terlebih dahulu mendapatkan lisensi.
Keluarnya beleid tersebut, menutup celah yang memungkinkan Huawei untuk terus menggunakan chip yang dibuat menggunakan teknologi dalam negeri meskipun ada hambatan perdagangan.
Selama ini untuk memproduksi Kirin, Divisi HiSilicon Huawei mengandalkan perangkat lunak dari perusahaan AS seperti Cadence Design Systems atau Synopsys untuk merancang chipnya dan menyerahkan produksinya ke Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC). Setelah keluarnya larangan itu, TSMC pada akhirnya memilih menghentikan pesanan chip baru dari Huawei.
Sebelumnya pada Februari 2020, pemerintah AS memasukan Huawei dalam daftar hitam. Alhasil, semua perangkat Huawei tak bisa menggunakan teknologi dari perusahaan AS, termasuk Google Play Services yang menjadi salah satu bagian penting dari sistem operasi Android.
Serangan bertubi-tubi AS terhadap Huawei, pada akhirnya mulai berdampak pada bisnis Huawei.
“Mulai 15 September dan seterusnya, prosesor Kirin andalan kami tidak dapat diproduksi,” kata Yu, menurut Caixin. “Chip bertenaga AI kami juga tidak dapat diproses. Ini adalah kerugian besar bagi kami.”
Richard menuturkan sebanyak 15 juta chip tersebut telah distok untuk kebutuhan Mate 40 sebelum HiSilicon tidak akan bisa lagi memproduksi chip Kirin pasca 15 September mendatang. Penyebabnya tak lain kontrak yang melarang seluruh pabrikan chip menggunakan teknologi AS dalam produksinya untuk Huawei.
Jumlah 15 juta itu dianggap cukup untuk Huawei Mate 40 yang rencananya dirilis pada awal September nanti. Tapi untuk seri-seri andalan selanjutnya, Huawei harus mencari sumber lain.
HiSilicon memproduksi berbagai macam chip termasuk jajaran prosesor Kirin, yang hanya mendukung smartphone Huawei dan merupakan satu-satunya prosesor China yang dapat menyaingi kualitas Qualcomm.
“Huawei mulai menjelajahi sektor chip lebih dari 10 tahun yang lalu, mulai dari sangat tertinggal, sedikit tertinggal, mengejar, dan kemudian menjadi pemimpin. Kami menginvestasikan sumber daya yang besar untuk R&D, dan melalui proses yang sulit,” kata Richard.
Reuters mencoba mengonfirmasi isu ini, namun Huawei menolak mengomentari laporan Caixin. TSMC, Cadence dan Synopsys tidak segera menanggapi permintaan email untuk komentar.
Terlepas dari bungkamnya Huawei atas klaim majalah keuangan Caixin, namun vendor yang berbasis di Shenzen itu, disebutkan telah meminta para penyuplai komponen sementara waktu menghentikan produksi untuk Mate 40. Hal ini diperkirakan akan membut produksi massal smartphone andalan Huawei itu tertunda satu hingga dua bulan.
Huawei kemungkinan masih akan mengumumkan seri Mate 40 sesuai jadwal. Namun, peluncuran di pasar akan tertunda karena penundaan produksi komponennya.
Tak dapat dipungkiri, larangan menggunakan berbagai layanan Google memperlambat ekspansi Huawei, termasuk memengaruhi sub merek Honor. Namun perusahaan sejauh ini berhasil memperkuat penjualan di pasar Tiongkok.
Saat ini meski dalam tekanan geopolitik karena selalu dikaitkan dengan aksi spionase China, Huawei masih tetap bertaji. Malahan vendor yang identik dengan warna merah menyala itu, mampu menyalip Samsung sebagai vendor satu di dunia pada kuartal kedua 2020.
Hal itu disebabkan mayoritas penjualannya melonjak di China. Huawei menjual lebih dari 70% smartphone di daratan China pada kuartal II-2020. Sementara itu, pengiriman smartphone di pasar internasional anjlok 27% YoY di kuartal April hingga Juni.
jumlah penduduk China yang besar membuat penjualannya di China saja melesat signifikan. Sehingga mendorong kesuksesan perusahaan merebut jumlah pangsa pasar global.
Menurut Canalys, smartphone Huawei telah terjual sebanyak 55,8 juta perangkat. Meskipun angka itu turun 5% year on year (yoy), jika dibandingkan dengan penjualan Samsung, Huawei lebih unggul. Pada periode yang sama Samsung menjual 53,7 juta perangkat, 30% lebih rendah dari tahun lalu.
Analis riset Flora Tang mencatat China telah menjadi pasar paling penting Huawei karena kinerjanya di luar negeri dipengaruhi oleh hambatan dalam mengakses layanan Google.
Ia mencatat “investasi besar” Huawei dalam memperluas dan jaringan distribusi offline “terbayar” seiring dengan pertumbuhan portofolio 5G, yang mengakibatkan vendor mengambil 60 persen penjualan perangkat ini.
Namun, analisis dari Canalys Mo Jia memperkirakan bahwa kekuatan Huawei tidak akan bertahan lama. Dia mengungkap jika hanya mengandalkan penjualan di China tidak akan cukup menopang Huawei secara global selanjutnya.
“Akan sulit bagi Huawei untuk mempertahankan keunggulannya dalam jangka panjang. Kekuatan di China saja tidak akan cukup untuk menopang Huawei di puncak begitu ekonomi global mulai pulih,” kata Mo Jia.
Kirin 9000
Meski produksi Kirin terus dispekulasikan bahkan bakal distop sebagai imbas dari tekanan AS, faktanya kampanye Huawei menyangkut prosesor andalan Huawei itu tak pernah usai.
Baru-baru ini Huawei menegaskan bahwa varian terbaru Mate 40 bakal debut dengan prosesor terbaru Kirin 9000. Informasi ini didapat usai acara KTT Konferensi Teknologi Informasi China 2020.
Yu Chengdong, CEO Bisnis konsumen Huawei mengatakan bahwa Huawei Mate 40 akan dilengkapi dengan prosesor Kirin 9000 yang baru.
Kirin 9000 diklaim akan memiliki kemampuan 5G yang lebih kuat, kemampuan pemrosesan AI, NPU dan GPU yang lebih bertenaga. Namun sayangnya, karena putaran kedua sanksi AS, tahun ini, mereka akan menggunakan chip Huawei Kirin kelas atas untuk terakhir kalinya.
Dijelaskan, Huawei dalam sepuluh tahun terakhir telah berubah dari sangat terbelakang, menjadi relatif terbelakang, menjadi sedikit tertinggal, akhirnya mengejar, menjadi memimpin.
“Kami telah berinvestasi banyak dalam penelitian dan pengembangan, dan telah melalui proses yang sulit. Namun sayangnya, dalam hal manufaktur semikonduktor, Huawei tidak berpartisipasi dalam industri padat modal dan padat modal. Kami hanya mendesain chip, bukan membuat chip.” tutur Yu, dikutip dari Gizchina, Sabtu (8/8).
Saat ini, Yu mengatakan perusahaannya memiliki kesempatan yang sangat bagus untuk mengejar ketinggalan. Sebagai informasi, Huawei sedang membangun platform, dan beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat juga membangun platform yang sama dengan mereka.
“Teori AI kami, Algoritma AI, chip AI, dalam banyak aspek, kami masih berada di posisi terdepan.” ujar Yu.
Huawei juga telah melakukan beberapa praktik di bidang ini. Kirin 970 hadir dengan prosesor AI pertama di dunia yang dibangun ke dalam chip smartphone. Kirin 990 terbaru juga memiliki kemampuan pemrosesan AI generasi baru.
“Performa, daya komputasi, dan kemampuan kami sangat kuat. Jadi kami adalah pemimpin di bidang ini karena ini adalah teknologi baru.” pungkas Yu.
Chipset 5G
Tekanan AS terhadap Huawei tak urung membuat vendor China itu harus menyusun ulang strategi mereka di pasar ponsel cerdas. Meski demikian tak ada tanda-tanda Huawei akan menyerah dari tekanan AS. Huawei justru juga terus memacu produksi Kirin, terutama dalam upaya memenangkan persaingan di pasar 5G.
Sekedar diketahui, pada September 2019, Huawei memperkenalkan Kirin 980 dengan fitur AI dan kecepatan download 1.4 Gbps. Chipset ini akan digunakan pada smartphone Huawei P series berikutnya. Kini Huawei kembali menyiapkan chipset terbarunya yakni Kirin 990. Kirin 990 akan dibangun dengan prosesor 7nm.
Kirin 980 adalah chipset pertama yang dibangun pada proses 7nm dengan core Cortex-A76 pertama. Sementara Kirin 990 akan memiliki arsitektur yang sama, termasuk jumlah transistor dan tingkat konsumsi daya.
Namun, chipset Kirin 990 sudah mendapatkan sejumlah peningkatan termasuk teknologi 5G. Kirin 990 merupakan chipset pertama yang mengusung teknologi 5G.
Guna memenangkan persaingan, Huawei telah mengucurkan investasi kepada anak perusahaannya yakni HiSilicon untuk penelitian dan pengembangan chipset Kirin 990. Dana yang dikelarkan cukup besar senilai USD 28 juta atau setara Rp 413 miliar.
Huawei telah menyematkan Kirin 990 pada Mate 30 dan Mate 30 Pro. Namun sejauh ini, kedua produk yang sudah mengusung teknologi 5G itu, baru beredar di pasar dalam negeri.
Berbeda dengan MediaTek dan Qualcomm, sejauh ini Huawei menjadi pabrikan smartphone satu-satunya di dunia yang mengembangkan chipset sendiri.
Pasar chipset memang diuntungkan dengan melonjaknya permintaan terhadap perangkat 5G. Termasuk industri mobil, manufaktur, pertahanan, dan elektronik konsumen lainnya.
Dilansir dari laman The Innovative Report, Nilai bisnis chipset mencapai US $ 1,03 Miliar pada 2019 dan diharapkan tumbuh pada CAGR 41,0% selama periode perkiraan 2020 – 2027, hingga US $ 22,86 Miliar pada 2027.
Produksi smartphone, PC, dan beberapa perangkat komputasi menuntut teknologi semikonduktor canggih termasuk chipset 5G. Meningkatnya jumlah kemitraan antara produsen otomotif dan vendor chipset, terutama dalam memproduksi kendaraan otonom, berdampak positif pada pertumbuhan pasar chipset 5G.