Jakarta, Alkindyweb.com – Pasar Over The Top (OTT), atau layanan dengan konten berupa data, informasi atau multimedia yang berjalan melalui jaringan internet semakin berkembang, pengguna di Indonesia sudah menganggap OTT bagian dari kehidupan, alhasil keberadaan layanan ini adalah suatu keniscayaan.
Jamalul Izza, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menjelaskan dampak OTT pada device saja kalau dilihat saat ini, pengakses smartphone sudah mencapai 171 orang, naik sebesar 317 persen dari taji 2015.
“Saat ini pengakses internet melalui smartphone mencapai 171 juta orang. Naik 317 persen dari tahun 2015. Dari 171 juta pengguna tersebut 80 persennya adalah pengguna OTT. Dalam industri device banyak OTT sudah tertanam sebagai pre-install sejak dari pabrik, karena pabrikan itu percaya beberapa jenis OTT tertentu akan menambah daya saing perangkat sehingga menambah nilai jual,” kata Izza, dalam diskusi bertajuk ‘OTT: Foe or Friend?’, Jumat (25/9) sore.
Dampak OTT juga demikian dahsyat pada jaringan, bisa dibayangkan, pada tahun 2015, trafik OTT menerap sampai 30 GB, naik menjadi 800 GB pada tahun 2020.
Besaran trafik itu, tidak ada timbal balik ke Indoneisa, mereka langsung membawa keuntungan itu langsung ke luar, “sangat sulit membendungnya, pendapat langsung mereka bawa ke luar, kita yang menyiapkan infrastruktur dan lain sebagainya tidak dapat apa-apa,”terangnya.
Padahal Average Revenue Per-user (ARPU) dari Youtube sebagai media sosial terbanyak digunakan di Indoneisa adalah $8.33 atau berkisar RP. 116.620 per pengguna. Dengan total pemasukan bagi youtube sekitar 17,1 triliun rupiah perbulan dari pengguna Indonesia.
Kemudian sedangkan Facebook sebagai pemilik dari tiga media sosial terbesar, mencatat ARPU sebesar $6,18 atau Rp.86,520 dengan total pendapatan 12,7 triliun rupiah perbulan untuk facebook dari pengguna di indoneisa.
“Jadi jangan bangga memiliki akun sosial media banyak, kan ada orang yang memiliki akun sosial media sampai 2-3 akun, entah buat apa. Semakin banyak kita membuat akun, maka semakin banyak pula kontribusi kita ke mereka, dan perlu diketahui juga sangat sulit menghapus akun lho,” papar Izza.
Bagi Apjii, ada langkah ideal yang bisa diterapkan, Izza menjelaskan opsi ideal sekaligus strategis itu ialah beradaptasi dan bersinergi dengan OTT asing tersebut, dengan mengupayakan kondisi dengan menyertakan prasyaratan komersil dalam indsutri OTT.
“Itu ada fair revenue distribution diantara para pihak, saling menguntungkan semua, level playing field yang sama, dan kedaulatan data. Bagi OTT asing wajib tersambung ke Indonesia Internet eXchange (IX) sebagai lalulintas informasi nasional,” jelasnya.
Langkah itu ujung-ujungnya juga sebagai kedaulatan data Indonesia, “Ini harus kita jaga, di sini data dari tanah air wajib tersambung ke IX, ujung-ujungnya akhirnya juga mengenai perlindungan data pribadi, akhirnya pasti ke sana,” tutupnya.