Tutorial


Ada banyak cara untuk membangun website dengan mudah. Salah satunya adalah dengan menggunakan front end framework. Anda bisa membuat tampilan website yang menarik dan profesional dengan lebih cepat. 

Saat ini, sudah ada banyak front end framework yang bisa Anda coba. Setiap framework memiliki karakteristiknya masing-masing. Manakah framework yang cocok untuk Anda?

Nah, di artikel ini, kami akan membahas 5 macam front end framework terbaik yang bisa Anda pelajari. Apa saja? Simak artikel ini, ya!

5 Frontend Framework Terbaik 2020

Inilah front end framework developer yang paling sering digunakan: 

1. Vue.js

vue.js

Vue.js dibuat pada tahun 2014 oleh Evan You, mantan karyawan Google. Sejak saat ini, Vue.js terus berkembang sebagai platform yang andal.

Walaupun usianya sangat muda, Vue.js mampu merebut perhatian para developer website. Buktinya, dari survey yang dilakukan, Vue.js mendapat Github stars cukup banyak. Artinya, cukup populer di kalangan front end framework developer:

grafik github stars pada react.js, vue.js, dan angular

Salah satu alasan, Vue.js mendapat tanggapan positif adalah ukurannya yang ringan, yaitu hanya 58KB saja. Ini tentunya akan memudahkan developer dalam mendownload dan menggunakannya. 

Selain itu, aturan penulisan pada Vue.js sangatlah sederhana. Tak heran, front end framework ini sangat direkomendasikan untuk pemula.

Vue.js juga termasuk framework yang sangat memperhatikan keamanan. Apalagi, munculnya Vue.js memang dipicu oleh kurang sempurnanya front end framework saat itu yaitu Angular. Alasannya, Angular masih memiliki bug yang membahayakan website. 

2. React.js

react.js

Front end framework selanjutnya adalah React.js. Front end framework ini tidak kalah populer dari Vue.js. Bahkan, sudah banyak website besar yang menggunakannya, seperti Facebook, AirBnB, dan Instagram.

Baca juga:   Cara Membuat Kategori di Woocommerce

React.js sendiri dibuat dan dikembangkan oleh para developer Facebook pada tahun 2011. Tujuan mereka adalah membuat sebuah front end framework yang ringan tapi bisa diandalkan. 

Nyatanya, React.js hanya berukuran 133KB. Namun, performanya cukup mumpuni untuk mengembangkan website skala besar. Itulah salah satu alasan banyak developer tertarik untuk belajar React.js.

Selain itu, React.js juga mudah untuk dikembangkan. Terutama, berkat adanya fitur reusable component. Fitur tersebut memudahkan developer membuat komponen berkali-kali hanya dalam satu kali penulisan.

Yang tak kalah penting, React.js juga memiliki konsep fitur declarative yang memudahkan integrasi dengan front end framework lain. Ditambah adanya sistem manajemen state untuk setiap komponen, organisasi pengembangan website akan jauh lebih mudah. 

Ada kelebihan lain ketika menguasai React.js. Sebagai developer, Anda akan lebih mudah untuk belajar React Native yang merupakan framework untuk pengembangan aplikasi android.

Bukan hanya itu, Anda juga akan mengenal JavaScript Extended (JSX) ketika menggunakan React.js. Dengan komponen ini, Anda dapat menggabungkan penulisan HTML dan JavaScript untuk membuat komponen baru. Jadi, akan lebih memudahkan pekerjaan Anda. 

3. Angular

angular.js

Angular.js diciptakan oleh Misko Hevery dan Adam Abrons di tahun 2009. Awalnya, Angular.js dibuat untuk membuat penyimpanan data JSON lebih efektif. Jadi, tidak memberatkan server. 

Baca juga:   Panduan Lengkap Cara Menggunakan JetBackup di cPanel

Angular.js sangat direkomendasikan untuk pemula. Sebab, aturan penulisan (sintaks) cukup sederhana. Sayangnya, Angular.js memiliki ukuran cukup besar, yaitu 566KB. 

Pun demikian, performa Angular tetap tak kalah hebat dengan front end framework lain. Itulah kenapa Angular.js cocok untuk pengembangan website dengan konsep Rich Internet Application (RIA). Sebuah website bisa dibuat memiliki fitur yang sama dengan aplikasi desktop. 

Selain itu, Angular.js juga dapat digunakan untuk membangun website Single Page Application (SPA). Website yang dikembangkan hanya memiliki satu halaman saja. Namun, konten akan ditampilkan secara dinamis layaknya dengan banyak halaman.

Front end framework ini mengusung konsep MVC (Model View Controller). Konsep ini membagi kode dalam fungsi komunikasi dengan backend (model), tampilan (view) dan proses (controller). Dengan pembagian ini, struktur kode akan menjadi lebih rapi. 

Bahkan, ditambah adanya fitur data binding, sinkronisasi antara model dan view secara otomatis. Jadi, pengembangan website akan lebih mudah dan terfokus.

Tak perlu khawatir dengan akses website dari berbagai browser karena kode Angular.js bersifat cross browser compatible. 

4. Ember.js

ember.js

Ember.js adalah framework JavaScript yang dikembangkan pada tahun 2011 oleh Yehuda Katz. Seperti halnya Angular.js, framework ini juga menggunakan pola arsitektur MVC, jadi organisasi kode bisa lebih rapi.

Meskipun kurang populer dibandingkan framework lain, performa Ember.js tidak bisa diragukan. Buktinya, sudah banyak perusahaan besar yang menggunakan front end framework ini untuk membangun website mereka. Contohnya, Netflix dan LinkedIn.

Baca juga:   Jangan Asal Comot! Yuk, Pahami Apa Itu Copyright [Terlengkap]

Ember.js juga dikenal karena kecepatan dan performa kodenya. Padahal, ukuran filenya sebenarnya cukup besar, yaitu 435KB.

Framework ini juga memiliki banyak plugin yang dapat membantu melakukan sinkronisasi terhadap server sehingga kinerjanya bisa lebih optimal.

5. Backbone.js

backbone.js

Backbone.js juga merupakan salah satu front end framework terbaik. Backbone.js dikembangkan oleh Jeremy Ashkenas pada bulan Oktober 2010 dan dikenal memiliki fitur yang menarik bagi para developer. 

Salah satunya adalah fitur RESTful JSON yang memungkinkan aplikasi dapat berkomunikasi dengan bahasa atau aplikasi lain. Dengan fitur ini, Anda bahkan dapat membuat website yang lebih besar dengan banyak aplikasi di dalamnya. 

Selain itu, Backbone.js menggunakan pendekatan dengan konsep MVP (Model View Presenter). Konsep ini memungkinkan alur website lebih aman dan terstruktur. Alasannya, MVP tidak memungkinkan komunikasi antara View dan Model secara langsung.

Backbone.js juga memiliki aturan penulisan yang sederhana sehingga cocok dipelajari oleh pemula. Apalagi, dokumentasi dari Backbone.js juga cukup lengkap. Jadi, cukup membantu jika mengalami kendala saat menggunakan nya. 

Mana Front end Framework Pilihan Anda?

Setiap framework memiliki kelebihan dan fiturnya masing-masing. Anda bisa memilih framework yang sesuai dengan minat dan kebutuhan. Anda bisa fokus di satu jenis framework terlebih dahulu, baru mempelajari jenis yang lain. 

Nah, jika sudah mampu menguasai front end framework yang digunakan,saatnya membuat website terbaik dengan framework favorit Anda! Semoga berhasil!



Source link

Author

admin

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WeCreativez WhatsApp Support
Tim support kami di sini untuk menjawab pertanyaanmu. Tanyakan apa saja pada kami!
? Halo... ada yg bisa kami bantu?