Alkindyweb.com – Menurut IDC Future Enterprise Resiliency Survey (FERS) terbaru yang dilakukan oleh International Data Corporation (IDC), tercatat bahwa 3 prioritas teratas inisiatif digital yang dilakukan pemerintah di Kawasan Asia-Pasifik adalah kebijakan yang mendorong pengembangan teknologi, regulasi seputar penggunaan AI yang bertanggung jawab, dan penggunaan teknologi untuk menciptakan kota pintar.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa ada keinginan yang besar untuk mencapai digital-first economy di Kawasan Asia-Pasifik.
Hal ini tidak mengejutkan mengingat IDC memprediksikan bahwa pada tahun 2022, lebih dari setengah ekonomi global akan berbasis atau dipengaruhi oleh digital karena sebagian besar produk dan layanan saat ini sudah menggunakan model pengiriman berbasis digital atau memanfaatkan augmentasi digital agar tetap kompetitif.
Baca Juga: IDC: OPPO Gusur vivo Jadi Top Vendor Smartphone Indonesia 2021
Perekonomian ASEAN seperti halnya negara-negara lain di dunia telah terkena dampak disrupsi seperti krisis kesehatan global, kenaikan biaya, gangguan rantai pasokan, dan ketegangan geopolitik, semuanya memberikan dorongan bagi pelaku ekonomi saat ini untuk meninjau dan menyelaraskan kembali cara mereka melakukan bisnis.
Akan tetapi, dorongan saja tidak akan cukup tanpa adanya rencana pengembangan digital yang jelas dan prioritas untuk mendorong ekonomi ASEAN ke arah digital-first di masa depan.
Baca Juga: Ekonomi Digital Indonesia Diprediksi Mencapai Rp4.531 Triliun di 2030
“Menurut kami, sekitar 70% organisasi di Indonesia dan Malaysia menyadari bahwa strategi transformasi digital yang mereka lakukan lebih ke arah taktis dan berfokus pada jangka pendek,” kata Sudev Bangah, Managing Director IDC ASEAN, pada acara Quarterly Media Briefing, Rabu (15/6/2022).
Namun, kata Sudev melanjutkan, 90% dari organisasi tersebut setuju mengadopsi strategi digital-first yang sesuai sangat penting untuk mengendalikan perubahan yang dapat terjadi akibat disrupsi dalam jangka panjang.
“Hal ini menunjukkan potensi yang sangat besar, karena organisasi-organisasi tersebut memahami kebutuhan untuk menjadi tangguh dan inovatif secara digital, namun mereka membutuhkan rencana transformasi digital jangka panjang yang jelas dan juga investasi untuk dapat berhasil menuju digital-first economy,” urainya.
Baca Juga: Bantu Akselerasi Transformasi Digital, UiPath Tawarkan Solusi Automasi Berbasis Robotik
Organisasi-organisasi di ASEAN perlu berfokus untuk membangun ketahanan dan inovasi digital agar dapat bergerak cepat menghadapi segala bentuk disrupsi, ketahanan tersebut akan membantu mereka mendorong ekonomi digital di ASEAN dan mengikuti perkembangan dunia.
IDC memandang organisasi seperti itu sebagai perusahaan masa depan, organisasi-organisasi tersebut dapat memanfaatkan perubahan dengan terus menerus meningkatkan nilai dari kegiatan bisnis utama mereka, sementara secara simbiosis mendapatkan keuntungan dan berkontribusi kepada semua pemangku kepentingan di dalam perusahaan, pada ekosistem yang lebih luas, serta di dalam masyarakat, dan lingkungan yang lebih besar.
Baca Juga: Percepat Transformasi Digital, Menkominfo Dorong Konsolidasi Tata Kelola SKKL
Akan tetapi untuk berhasil mendorong digital-first economy, organisasi-organisasi di ASEAN akan membutuhkan dukungan dan kolaborasi yang erat dengan pemerintah.
Rencana pengembangan yang jelas pada sektor digital secara nasional, investasi pada infrastruktur digital, peningkatan keterampilan tenaga kerja lokal dalam bidang teknologi, dan kebijakan yang lebih baik dalam tata kelola data dan privasi akan menjadi kunci yang memungkinkan landasan dalam membangun digital-first economy.
Baca Juga: Tren AI dan IoT Dorong Perusahaan Bertransformasi Digital
“Digital-first economy akan terus membawa disrupsi dan peluang yang sama besarnya; oleh karena itu, sangat penting bagi organisasi-organisasi di ASEAN untuk dapat mengikuti dan terus berusaha memperoleh dan memberikan nilai lebih, pada bentuk ekonomi ini,” tutup Sudev.