Jakarta, Alkindyweb.com – Twitter secara resmi telah mebekukan akun Twitter Donald Trump (@realDonaldTrump) secara permanen. Aksi pembekuan juga didorong oleh 300 lebih karyawan sosial media yang bermarkas di San Francisco itu, melalui petisi yang mereka buat untuk menangguhkan akun Twitter Trump selamanya.
Surat itu mengatakan bahwa karyawan terganggu oleh serangan Presiden AS ke-45 dengan memanfaatkan platformnya, dan mendorong Twitter sebagai perusahaan harus secara permanen menangguhkan Trump karena aksi provokasinya di dunia maya tersebut.
“Keterlibatan Twitter oleh Presiden Terpilih Biden disebut sebagai pemberontakan. Tindakan tersebut membahayakan kesejahteraan Amerika Serikat, perusahaan kami, dan karyawan,” tulis pekerja di Twitter dalam petisi tersebut, seperti dikutip dari The Verge, Sabtu (9/1).
Baca juga: Akibat Kicauannya, Akun Twitter Donald Trump Akan Ditutup Permanen?
Sementara itu dari sisi kebijakan aturan, memang Trump terbukti memiliki unsur pelanggaran dalam tweet-nya. Secara spesifik, Trump dinilai telah menghasut massa dan mendukung aksi kerusuhan yang tengah berlangsung di Gedung Capitol, Washington DC.
“Setelah melakukan peninjauan pada tweet terbaru akun @realDonaldTrump dan konteks yang terkandung di dalamnya, kami memutuskan untuk menangguhkan akun tersebut secara permanen,” tulis Twitter.
Baca juga:Hacker Banjiri Player Among US Dengan Pesan TRUMP2020
Sebelum mendepak keluar Trump dari Twitter, platform ini telah menanguhkan akun Trump selama 12 jam, setelah ada unggahan tiga tweet kontrovesial terkait pendudukan massa pendukung Donald Trump di Gedung Capitol AS, Rabu (6/1). Tweet tersebut dianggap mengandung unsur provokasi, sehingga melanggar kebijakan integritas sipil yang dibuat Twitter. Setelah tweetnya dihapus, pada Jumat (8/1), Trump kembali berkicau sebanyak dua Tweet yang lagi-lagi dinilai berpotensi mengandung unsur provokasi.
Selain penolakan di dalam Twitter, Facebook kabarnya juga telah menangguhkan akun Trump tanpa batas waktu sejak hari Kamis (7/1) lalu. Serikat Pekerja Alphabet juga meminta YouTube untuk melarang Trump beredar di platformnya sejauh ini.