Jakarta, Alkindyweb.com – Tidak lama setelah memblokir Facebook, Myanmar kini telah memerintahkan penyedia layanan internet untuk memblokir Twitter dan Instagram di negara tersebut.
Sebelumnya berdasarkan laporan, diketahui Facebook yang kerap dijadikan wadah sosial di Myanmar, dimanfaatkan untuk memprotes kudeta, kemudian berbagi foto ‘diri’ dengan memberikan penghormatan tiga jari juga banyak beredar, sebagai simbol perlawanan di daerah tersebut.
Baca juga: WeChat Dilarang di Amerika, Penjualan iPhone Diprediksi Turun
Pengguna internet di Myanmar melaporkan saat ini mereka tidak bisa mengakses Facebook dan beberapa aplikasi milik anak perusahaan Mark Zuckerberg itu.
Perusahaan pemantau jaringan internet, NetBlocks pun telah mengofirmasi jika operator di Myanmar telah memblokir Facebook, Messenger dan WhatsApp. Penyedia internet Telenor juga mengonfirmasi telah memblokir Facebook sesuai permintaan pemerintah yang diketahui ada sekitar 27 juta pengguna aktif di negara tersebut.
“Semua operator seluler, gateway internasional, dan penyedia layanan internet di Myanmar pada 5 Febuari menerima arahan dari Kementerian Transportasi dan Komunikasi Myanmar (MoTC) untuk memblokir platform media sosial Twitter dan Instagram,” kata perusahaan telekomunikasi Norwegia, Telenor dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari The Verge, Minggu (7/2).
Baca juga: Konglomerat Vietnam Naksir Bisnis Smartphone LG
Kementerian Informasi Myanmar juga mengeluarkan pernyataa, tepatnya sehari setelah militer merebut kekuasaan, yang mberisikan instruksikan kepada masyarakat untuk tidak menyebarkan rumor di media sosial.
“Beberapa media dan publik menyebarkan rumor di media sosial untuk menghasut, dan mengeluarkan pernyataan yang dapat menimbulkan keresahan. Kami ingin mendesak masyarakat untuk tidak melakukan tindakan tersebut, dan ingin menghimbau agar dapat bekerjasama dengan pemerintah sesuai dengan undang-undang yang ada,” bunyi pernyataan itu.
Sementara itu, Rafael Frankel direktur kebijakan publik Facebook untuk negara berkembang APAC mengatakan bahwa pihaknya sangat prihatin dengan arahan sekaligus perintah penutupan tersebut. “Dan kami mendesak kepada pihak berwenang untuk segera membuka blokir akses. Pada saat kritis ini, masyarakat Myanmar membutuhkan akses informasi penting untuk dapat berkomunikasi dengan orang yang mereka cintai,” kata Frankel.
Sementara juru bicara Twitter yang mendapatkan kabar pemblokiran layananya di Myanmar, dalam pernyataanya juga mengungkapkan rasa keprihatinannya, sekaligus memaparkan jika perintah pemblokiarn tersebut sangat merusak akses komunikasi, dan hak orang untuk membuat suara mereka didengar.